![]() |
Ekowisata di Taman Nasional Meru Betiri Jember (Doc:Ihsannudin) |
Hei
guys....ekowisata atau bahasa
inggrisnya ecotourism, itu beda loh dengan
wisata alam apalagi dengan wisata pada umumnya. Kenapa?? Karena ekowisata dalam
aktivitasnya ada tiga tanggungjawab yang harus diemban yang bukan saja oleh pengelola
dan pemerintah namun juga oleh pengunjung. Ini bukan isapan jempol semata,
karena telah menjadi kesepakatan dari masyarakat ekowisata internasional (International Ecotourism Society). Apa tanggungjawab
yang harus diemban itu?
Pertama, ekowisata harus
mampu mendukung kelestarian alam, mengkonservasi alam dan mendukung
keberlanjutan eksistensi alam. Artinya, aktivitas wisata tidak boleh mengganggu
apalagi merusak alam. Semakin banyak kunjungan (dalam batas tertentu sesuai
daya dukungnya) akan semakin mendukung konservasi dan kelestarian alam.
Demikian pula sebaliknya, semakin lestari alam akan semakin menjadikan daya
tarik kunjungan.
Kedua, ekowisata
bertanggungjawab pada keterlibatan
masyarakat lokal. Wisata yang dikelola oleh korporasi atau perusahaan tidak
dapat disebut ekowisata. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas wisata mampu
memberikan peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Contohnya seperti yang ada di
Qinling China nih, dimana ekowisata yang dijalankan sesuai konsepnya terbukti
memperkuat upaya konservasi, mampu meningkatkan pemerataan pendapatan dan
meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat lokal dari USD 33,8 menjadi USD
126,4 hanya dalam 2 tahun. Selain itu, dengan melibatkan masyarakat, pengunjung
juga akan disuguhkan atraksi sosial budaya yang memang menjadi satu kesatuan
dengan alam.
Ketiga, dalam ekowisata
ada tanggung jawab untuk menginterprestasi dan mengedukasi. Sehingga,
pengunjung bukan saja menikmati panorama semata namun memperoleh pengetahuan dan nilai edukasi. Misalkan, nama
pohon, asal-usulnya, manfaatnya dan bahkan dapat mengedukasi apa akibatnya jika
pohon ini punah.
Jember dan Meru
Betiri
Jember
adalah Kabupaten di Jawa Timur yang dianugerahi bentang alam dari laut hingga
gunung bahkan pulau kecil. Tak mengherankan jika Jember menjadi habitat
keragaman hayati baik flora maupun fauna. Maka tak mengherankan, jika kawasan
konservasi baik kategori cagar alam, suaka margasatwa, hutan lindung maupun
taman nasional semua ada.
Tercatat,
Jember memiliki Cagar Alam yang terdiri atas Watangan Puger I seluas 2,0 hektar
dan Curah Manis Sempolan seluas 16,8 hektar. Suaka marga ada di Pulau Nusa
Barong sisi selatan Jember seluas 6.100 hektar dan Dataran Tinggi Hyang Pegunungan
Argopuro seluas 14.177 hektar. Hutan lindung tercatat ada di wilayah Silosanen dan
beberapa tempat di kawasan Perhutani. Diantara kawasan konservasi terluas
dengan keragaman hayati membuncah adalah Taman Nasional Meru Betiri atau TNMB (52.626,04
hektar).
TNMB,
tidak saja menyuguhkan panorama yang indah. Kawasan ini juga menyimpan
keragaman hayati yang luar biasa baik tumbuhan maupun satwa yang diantaranya
dalam status hampir punah dan dilindungi.
![]() |
Keanekaragaman Hayati di TNMB (Doc:merubetiri.id) |
TNMB
memiliki lebih dari 469 jenis tumbuhan, 239 diantaranya berkhasiat obat dan ada
15 jenis yang masuk kategori dilindungi.
Raflesia zollingeriana adalah salah
satunya. Sementara untuk satwa tercatat ada 336 jenis yang terdiri atas 25
jenis mamalia, 7 jenis reptile, 168 jenis aves, 35 jenis insekta, 6 jenis
bivalvia dan 71 jenis arthropoda. Diantara satwa-satwa tersebut banyak yang
dalam status dilindungi. Sebut saja macan tutul (Panthera pardus melas) masih hidup bebas di kawasan ini. Hasil
identifikasi dengan kamera jebak pada 2020 masih teridentifikasi 15 individu
macan tutul. Bahkan kawasan ini masih menyimpan misteri keberadaan harimau jawa
(Panthera tigris sondaica) yang
memang penampakan terakhir (1979) ada di kawasan ini setelah saat ini banyak
yang meyakini telah punah.
![]() |
Harimau Jawa (Doc: Wikipedia) |
Terkait wahana pendidikan utamanya pendidikan dan
pelatihan (Diklat) konservasi, TNMB memiliki wahana yang dinamakan Meru Betiri
Service Camp (MBSC). Kegiatan ini senantiasa dinantikan para anggota sispala,
mapala, komunitas dan perseorangan yang ingin belajar konservasi dari seluruh
penjuru Indonesia. Peserta yang lulus akan menjadi kader konservasi yang
dibuktikan dengan adanya kartu kader konservasi. Kegiatan yang dimulai sejak 1989 dan rutin
dilaksanakan setiap tahun di kawasan TNMB adalah hasil kolaborasi antara Kantor
Balai TNMB dan WIPAB (Wadah Informasi Pecinta Alam se-eks Karesidenan Besuki).
Pelaksanaan MBSC di TNMB (Doc: ihsannudin)
Dalam kegiatan ini tak sekedar memberikan pengetahuan namun juga praktek langsung di hutan TNMB dengan materi kehutanan umum, ekologi, global warming, analisis vegetasi, pengamatan burung, karnivor besar, analisis air, kamera jebak, plaster cast, jurnalistik lingkungan, advokasi lingkungan, ekowisata-interprestasi dan pengamatan masyarakat. Pematerinyapun bukan hanya dari kalangan pemerintah namun juga dari praktisi, aktivis bahkan wartawan. Melalui MBSC, peserta tak sekedar memperoleh pengalaman berinteraksi di kawasan konservasi namun juga informasi, pengetahuan dan keterampilan konservasi yang komprehensi. Terpenting, terbentuknya jejaring (networking) dengan individu/ organisasi dan komunitas konservasi lain skala nasional.
Destinasi Ekowisata
Dari value dan eksotika yang dimiliki TNMB
Jember, ada beberapa destinasi ekowisata mulai dari tipologi pantai, desa
wisata sekitar kawasan dan wisata petualangan.
Pantai
Bandealit adalah destinasi ekowisata
dengan tipologi pantai dengan gerbang masuk di Kecamatan Tempurejo.
Bandealit menawarkan panorama pantai selatan yang hening, bersih dan deburan
ombak eksotik. Mulai gerbang masuk, pengunjung sudah disuguhkan nuansa hutan
tropis dataran rendah yang rimbun. Jika beruntung pengunjung dapat melihat
sajian aktivitas satwa liar seperti elang jawa, lutung jawa dan aneka burung nan cantik. Ditengah perjalanan,
pengunjung juga akan melihat situs perkebunan kuno yang masih aktif
beraktivitas hingga kini. Demikian juga di dekat pantai, pengunjung dapat
berinteraksi dengan beberapa rumahtangga masyarakat desa dalam kawasan hutan.
Ini tentunya memberikan atraksi budaya tersendiri. Jangan khawatir akan
keamanannya, selain jalur tersebut bukanlah lintasan satwa liar yang buas
sesekali pengunjung juga akan berpapasan dengan pekerja kebun atau masyarakat
setempat. Namun jika pengunjung memerlukan interpreter dan pemandu dapat
menghubungi petugas TNMB di loket, agen wisata atau masyarakat desa sekitar
kawasan.
![]() |
Pantai Bandealit TNMB Jember (Doc: Ihsannudin) |
Destinasi ekowisata dengan citarasa desa wisata dapat ditemukan di Dusun Mandilis dan Dusun Blok Aren Desa Sanenrejo Kecamatan Tempurejo. Di Dusun Mandilis atraksi utama ekowisata yang disajikan adalah Bendungan Dam Rejo atau biasa disebut BDR. Pengunjung dapat menikmati gemericik air dari bendungan sungai Sanenrejo yang dipadu dengan taman untuk swafoto serta panorama bukit TNMB. Sepanjang perjalanan menuju BDR pun pengunjung sudah dapat menikmati sajian pemandangan persawahan yang elok. Demikian pula pengunjung dapat berinteraksi dengan masyarakat desa pinggir kawasan hutan yang umumnya beraktivitas sebagai petani dan peternak. Pengunjung dapat memperoleh penjelasan dan interprestasi lengkap dari pengelola dari masyarakat lokal yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sanenrejo.
![]() |
Wisata BDR Dusun Mandilis Desa Sanenrejo (Doc:anekaharga.com) |
Sedangkan di Dusun Blok Aren Desa Sanenrejo, terdapat destinasi ekowisata andalan berupa Air Terjun Sarang Tawon dan Danau Sakjan. Dua destinasi tersebut adalah satu jalur yang berada di dalam kawasan TNMB. Apabila menggunakan mobil, pengunjung dapat memarkir di batas desa dan selanjutnya dapat berjalan kaki menempuh jarak 1,5 kilometer ke Danau Sakjan dengan konsep jungle track. Namun jika menggunakan sepeda motor, dapat memarkir pada shelter dalam kawasan. Selama perjalanan, pengunjung akan menikmati rimbunnya hutan dengan pohon pohon besar, kokoh dan langka. Di tengah perjalanan pengunjung juga akan melintasi sungai kecil yang jernih dan dingin sehingga memberikan impresi tersendiri. Tak jauh dari sungai ini keindahan Air Terjun Sarang Tawon telah menanti. Jika enggan untuk turun, keindahan air terjun itu tetap dapat dinikmati dengan bagus dari jalur jungle track.
Sekitar 500
meter dari air terjun, pengunjung akan
sampai di Danau Sakjan. Sebuah cekungan yang terisi air dari sungai-sungai kecil
dalam hutan dengan dikelilingi bukit yang hijau. Keheningan dan kesejukan akan
menyeruak begitu menginjakkan kaki di lokasi ini. Sambil beristirahat,
pengunjung dapat menikmati suara gemericik air yang jatuh dari tebing batu
serta lengkingan satwa liar dan kicauan burung yang saut-menyaut. Setelahnya,
pengunjung juga dapat bersantai dengan menaiki rakit bambu mengarungi danau.
Jangan khawatir, perjalanan menikmati destinasi ini pengunjung dapat memperoleh
pemanduan serta interprestasi dari masyarakat Dusun Blok Aren yang tergabung
dalam Masyarakat Peduli Hutan Konservasi (MPHK) yang memang menjadi pengelola dua
destinasi ini.
![]() |
Danau Sakjan TNMB (Doc: Ihsannudin) |
Atraksi ekowisata berikutnya masuk dalam kategori petualangan. Bagaimana tidak? Selain membutuhkan fisik yang prima juga memerlukan keberanian, persiapan logistik, peralatan dan skill aktivitas alam bebas. Ekowisata petualangan ini biasanya menempuh jalur Pantai Bandealit menuju Pantai Sukamade. Dengan waktu perjalanan antara 5 – 7 hari, akan terbayar dengan suguhan keindahan alam yang asli, nuansa hutan alam berikut kehidupan liar flora-fauna serta pengalaman petualangan yang luar biasa. Jalur ini biasa disebut dengan Trans Bandealit-Sukamade dan sering juga digunakan untuk lomba lintas alam. Bagi yang berminat menikmati atraksi ini dapat menghubungi petugas TNMB, pemandu lokal atau agen wisata dengan memenuhi perijinan tentunya.
Mau apa
lagi? Tidak salah kan jika Jember dengan TNMB-nya mampu menyuguhkan nilai, content dan atraksi ekowisata yang
sebenarnya. Bukan ekowisata yang abal-abal. Wajar saja kalau akan ber-ekowisata
dalam makna sebenarnya, Maarra (ayo) ke
Jember.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar