Left-Right: Daeng Semang, Ihsannudin and Mas Icang |
Saya bersyukur dapat bertemu dengan sahabat bahkan sudah dianggap
sebagai saudara di Pulau Masakambing. Di sebelah kanan saya namanya Pak Usman,
atau ada juga yang memanggilnya Daeng Semang. Seorang pria keturunan Bugis dengan
2 putra dan 1 putri, sehari-harinya berprefesi sebagai pencari kepiting. Selain
itu juga beliau seringkali mencari kayu yang terdampar di pantai untuk
dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah yang beberapa waktu lampau terbakar.
Kecintaan dan kepedulian pada satwa Kakatua Kecil Jambul Kuning (KJK)
atau nama latinnya Caccato sulphurea abbotti; menjadi salah satu sebab utama mengurungkan niatnya untuk merantau ke
Malaysia. Padahal beliau sudah sampai di Surabaya dan siap untuk terbang. Beliau
sangat prihatin akan keberadaan satwa endemik Pulau Masakambing yang hanya
tinggal 22 – 25 ekor saja.
Bukti kecintaannya diikuti dengan pengetahuan akan perilaku KJK,
lokasi lokasi kakapohon sarang, pohon tidur dan teritori satwa ini. Demikian pula
secara mandiri Daeng Semang juga terus berupaya melakukan penjagaan,
pelestarian dan menyadarkan serta mengajak
masyarakat Masakambing untuk turut melakukan konservasi pada KJK.
Sehingga tak salah jika kemudian Daeng Semang juga direkrut oleh
BBKSDA Jawa Timur menjadi PAM Swakarsa atau barangkali sebutannya adalah
Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Demikian juga Daeng Semang bersinergi dengan
elemen lain semisal Konservasi Kakatua Indonesia-Indonesian Parrot Project
(KKI-IPP) dalam beraktivitas melakukan konservasi KJK.
Keramahan dan ringannya beliau berbagi ilmu menjadi beliau dikenal
sebagai seorang pribadi yang hangat. Peneliti, adik-adik mahasiswa Ekspedisi
Nusantara Jaya (ENJ) pasti tak kan pernah lupa pada sosok ini.
Smentara yang ada di sebelah kiri saya namanya adalah Mas Icang.
Seorang perawat lulusan sebuah Perguruan Tinggi di Surabaya. Sehari-hari beliau
berdinas sebagai tenaga honorer di Poliklinik Desa serta menjadi Mantri Desa
yang tak segan mengunjungi ke rumah penduduk yang sakit dan meminta pertolongannya.
Tidak itu saja. Sebagai seorang putra tokoh agama dan tokoh pendidik
di Desa Masakambing yang terpencil maka tenaganya juga dibutuhkan di bidang pendidikan.
Maka di waktu yang dimilikinya beliau juga menjadi guru di MTS DDI yang ada di
Pulau Masakambing. Itu saja? Tidak!!! Ternyata sebagai seorang yang memiliki kecakapan
dan wawasan, beliau juga membantu Kepala Desa di kegiatan-kegiatan desa.
Demikian juga untuk memenuhi nafkah keluarganya, Mas Icang juga
berprofesi sebagai petani dengan menanam tanaman cengkeh. Eh, ada lagi!! Di rumah
Mas Icang juga membuka warung untuk menjadikan tambahan penghasilan bagi
keluarganya.
Itulah ebatnya orang yang tinggal di wilayah Pulau Kecil, yang melekat
sifat kerentanan dan keterpencilan (vulnerability and Insularity). Nah, berapa
profesi yang anda miliki?? Jika anda hidup di daerah semacam itu dan memiliki
kompetensi dan pastinya memiliki rasa kepedulian, Maka bersiaplah menjadi
seorang Multitasking. Masih mau mengeluh???? He.....
#MenolakPunah
===============================
MULTITASKING IN THE REMOTE AREA
I am grateful to meet with friends even as a brother in Masakambing Island. On my right is Mr. Usman, or there is also someone who calls him Daeng Semang. A man of Bugis descent with 2 sons and 1 daughter, daily preaching as crab seekers. In addition, he often searches for wood stranded on the beach to be used as a building material for homes which some time ago caught fire.
Love and concern for Yellow Crested Cockatoo (KJK) or the Latin name Caccato sulphurea abbotti; became one of the main reasons to abandon his intention to migrate to Malaysia. Even though he arrived in Surabaya and was ready to fly. He is very concerned about the existence of endemic animals in Masakambing Island, which are only 22-25 only.
Evidence of his love is followed by knowledge of the behavior of the KJK, the location of the location of the nest, the sleeping tree and the territory of this animal. Likewise independently Daeng Semang also continues to strive to maintain, preserve and make people aware and invite the Masakambing community to participate in conserving KJK.
So that it is not wrong if Daeng Semang is also recruited by the East Java BBKSDA to become PAM Swakarsa or perhaps the term is the Community Polhut Partner (MMP). Likewise Daeng Semang synergizes with other elements such as the Conservation of the Indonesian-Indonesian Parrot Project (KKI-IPP) in carrying out KJK conservation activities.
Her friendliness and lightness shared her knowledge of being known as a warm person. The researcher, the younger siblings of the Nusantara Jaya Expedition (ENJ) students would never forget this figure.
Meanwhile, on my left is Mas Icang. A nurse graduated from a university in Surabaya. Everyday he served as a temporary employee at the Village Polyclinic and became a Village Mantri who did not hesitate to visit the homes of sick people and ask for his help.
Not only that. As a son of a religious leader and educator in the remote village of Masakambing, his energy is also needed in the field of education. So at his time he also became a teacher at the MTS DDI in Masakambing Island. That is all? Not!!! As a person who has the skills and insight, he also helps the Village Chief in village activities.
Likewise, to fulfill his family's livelihood, Mas Icang also works as a farmer by planting clove plants. Uh, there's more !! At the house Icang also opened a warung to make extra income for his family.
That is the reason for people living in the Small Island region, which are inherent in their vulnerability and insularity. Well, how many professions do you have ?? If you live in such an area and have competence and certainly have a sense of care, then be prepared to become a Multitasking. Still want to complain ???? He ...
#MenolakPunah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar