PENUTUPAN TAMBANG BATUBARA YANG LEBIH ECO-FRIENDLY UNTUK
PHILIPINA
![]() |
Salah Satu Tambang Batubara di Provinsi Benguet Philipina Sumber: www.dailystar.com |
Penambangan batu bara menjadi isu krusial di negara Philipina, ditengah kebutuhan energi yang demikian masif. Negara dengan jumlah penduduk sekitar 97,98 juta jiwa ini memiliki kebutuhan listrik per kapita 588 kWh. Guna memenuhi kebutuhan energi tersebut Philipine menggunakan energi fosil dengan jumlah mendekati tiga perempat kebutuhan listriknya. Salah satunya adalah penggunaan energi batubara. Saat ini Philipina memiliki 98 tambang batubara yang sedang beroperasi, dalam tahap pembangunan ataupun telah diumumkan untuk dilakukan operasi. Ironisnya, beberapa diantaranya beroperasi tanpa ijin resmi. Hingga tahun 2040, Filipina akan terus meningkatkan kapasitas listrik berbahan bakar batu bara.
Sebagai bentuk energi yang tidak
terbarukan maka penambangan batubara akan memiliki masa henti dalam
pengoperasiannya. Di berbagai negara, bekas tambang batubara seringkali
menimbulkan masalah lingkungan yang serius. Subtanto Joko Suprapto, seorang
peneliti Konservasi Pusat Sumberdaya Geologi mengungkapkan, bahwa masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan
lingkungan baik secara kimiawi, fisik (morfologi dan topografi), perubahan
iklim mikro, ganggunan habitat biologi serta penurunan produktivitas tanah yang
menjadi tandus atau gundul. Untuk itu, diperlukan perencanaan dan
pengaplikasian yang tepat saat tambang batubara tersebut tutup.
Fungsi
Pertanian dan Penutupan Lahan Tambang
Pemilihan
sektor pertanian menjadi solusi tepat dalam mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan pada wilayah bekas penambangan batubara. Tentu saja jika pertanian
diaplikasikan dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang ada. Pertanian telah dikenal dapat memainkan peran multifungsi
(agricultural multifunctionality).
Todorova dan Ikova (2014) mengadvokasi pertanian harusnya memiliki 4 fungsi utama yaitu green
function, blue function, red function dan yellow function. Green function diartikan bahwa pertanian
seharusnya memiliki fungsi konservasi. Sebagaimana yang diketahui, konservasi
memiliki makna perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Sehingga komoditas
yang dibudidayakan selayaknya dapat memberikan perlindungan dari terjadinya
longsor, penguatan kondisi daya dukung lahan serta dapat bermanfaat bagi ekosistem dan masyarakat.
Sedangkan blue
function dimaknai bahwa pertanian mampu memperbaiki tata kelola air. Dalam
hal ini maka perlu dipilih komoditas yang tidak mengeksploitasi cadangan air
ataupun menjadikan labil kondisi tanah yang dapat menjadi trigger munculnya tanah longsor, namun seharusnya justru dapat
menjadi penahan air. Sementara red
function lebih mengacu pada pemanfaatan sebagai energi.
Selayaknya komoditas yang diupayakan dapat
memberikan dukungan energi bagi lingkungan dan masyarakat. Pemaknaan atas yellow function mempertimbangkan pertanian
mampu memberdayakan atau memberi penghidupan masyarakat. Hal ini
mengimplikasikan bahwa komoditas yang ditanam dapat memberikan hasil serta
kemanfaatan baik secara ekonomi maupun sosial bagi masyarakat. Penafian atas
salah satu dari 4 fungsi pertanian tersebut maka menjadikan pertanian tidak
memberikan kemanfaatan sesuai yang diharapkan.
Merujuk pada
tipologi lahan bekas penambangan batubara sudah selayaknya mendesain ulang
jenis tanaman yang ada di wilayah bekas penambangan. Perlu dipilih dominasi tanaman
tegakan dengan akar kuat dan maksimal dalam menahan air. Manfaatnya adalah ntuk
merecovery kondisi tanah dan penahan bagi topografi yang labil. Meskipun nantinya
tetap dapat dilakukan budidaya tanaman musiman semisal jahe atu tanaman lainnya,
namun upaya dominasi populasi tanaman tegakan tetap harus dilakukan dengan
konsisten.
Desain
Ulang Sumberdaya Lingkungan
Desain ulang fungsi dan pemanfaatan lingkungan ekologi di kawasan bekas penambangan menjadi isu yang
krusial. Penataan ulang pemanfaatan lingkungan ekologi perlu menggeser dominasi tanaman musiman ke dominasi tanaman tegakan yang bersifat
tahunan. Konsekuensinya, pola pendapatan
masyarakat juga akan berubah dari pola harian dan atau bulanan menjadi dalam hitungan tahunan. Untuk itu
perlu diantisipasi dengan mengupayakan ketersediaan nafkah bagi masyarakat
secara berkelanjutan atau biasa disebut konsep sustainable livelihood (Ellis, 2000). Konsep ini dikembangkan pada
akhir tahun 90-an di Inggris namun memiliki relevansi tinggi pada wilayah
dengan konteks kerentanan kerusakan lingkungan, keterbatasan sumberdaya dan
variasi musim.
Penyediaan
nafkah berkelanjutan ini dilakukan dengan diversifikasi aktivitas serta utilisasi
kapital-kapital yang ada dalam tata nafkah masyarakat setempat. Semakin beragam
pilihan nafkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat di wilayah tersebut maka semakin
meningkatkan probabilitas penerapan strategi nafkah berkelanjutan. Diversifikasi
nafkah berbasis pertanian seperti budidaya perikanan air tawar, peternakan, pengolahan hasil pertanian ataupun ekowisata dapat menjadi alternatif.
Tentu saja, perumusan strategi ini dengan tetap memperhatikan kapital-kapital
nafkah yang ada di masyarakat sekitar yang meliputi kapital sosial, kapital
manusia, kapital alam, kapital keuangan, kapital fisik dan kapital sosial. Sehingga
pilihan dapat tepat sesuai dengan kondisi yang ada pada wilayah tersebut.
Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya pertanian di wilayah lahan bekas
tambang harus dilakukan dengan tepat dan terintegrasi, agar pertanian justru tidak dipersalahkan menjadi
penyebab baru kerusakan lingkungan nantinya. Sehingga manusia yang diamanahi
Tuhan sebagai khalifah dalam
menjaga bumi ini tidak dituduh berkhianat menjadi perusak dan sumber bencana di bumi ini. Salam Lestari!!
======================================================================
MORE ECO-FRIENDLY OF COAL MINING CLOSING
IN PHILIPINES
Coal mining is a crucial issue in the Philippines,
in the massive energy needs. The country with a population of about 97.98
million people has electricity needs per capita of 588 kWh. To fulfill the
energy needs, Philipine using fossil energy with the amount of close to three
quarters of its electricity needs. One is the use of coal energy. Currently the
Philippines has 98 coal mines under construction, under construction or has
been announced for operations. Ironically, some operate without official
permission. Until 2040, the Philippines will continue to increase its
coal-fired power capacity.
As a form of non-renewable energy coal mining will
have a period of stopping in its operation. In many countries, former coal
mines often cause serious environmental problems. Subtanto Joko Suprapto, a
conservation researcher of the Center for Geological Resources, revealed that
the main problems that arise in the ex-mining area are environmental changes
both chemically, physically (morphologically and topographically),
micro-climate change, biological habitat ganggunan and decreased productivity
of land that becomes barren or bare. Therefore, proper planning and application
is required when the coal mine closes.
Agricultural
Function and Closure of Mining Land
The selection of the agricultural sector to be the
right solution in preventing the occurrence of environmental damage in the
former coal mining area. Of course, if agriculture is applied with attention to
the functions that exist. Agriculture has been known to play the role of
multifunction (agricultural multifunctionality). Todorova and Ikova (2014)
advocate agriculture should have four main functions: green function, blue
function, red function and yellow function. Green function means that
agriculture should have conservation function. As is known, conservation has
the meaning of protection, preservation and utilization. So that the cultivated
commodities should be able to provide protection from the occurrence of
landslides, strengthening the carrying capacity of the land and can be useful
for ecosystems and communities.
While the blue function is understood that
agriculture is able to improve water governance. In this case, it is necessary
to choose commodities that do not exploit the water reserves or make the soil
conditions unstable that can trigger the emergence of landslides, but should be
able to be a water barrier. While red function refers more to the utilization
as energy.
Just as commodities are sought to provide energy
support for the environment and society. Meaning of yellow function considering
agriculture able to empower or give livelihood of society. This implies that
the cultivated commodities can yield both economic and social benefits and
benefits to the community. Disclaimer of one of the four functions of
agriculture is making agriculture does not provide the expected benefits.
Referring to the typology of former coal mining
areas it is appropriate to re-design the existing plant species in the former
mining area. It is necessary to choose the dominance of standing plants with
strong roots and maximum in water retention. The benefit is to recover soil
conditions and retaining for unstable topography. Although it can still be done
cultivation of seasonal crops such as ginger or other plants, but efforts to
dominate standing plant population should still be done consistently.
Re-Design
of Environment Resource
The redesign of the function and utilization of the
ecological environment in the former mining area is a crucial issue. The
rearrangement of ecological environment use needs to shift the dominance of
seasonal crops to the dominance of annual crops. Consequently, the pattern of
people's income will also change from daily and / or monthly patterns to an
annual count. For that it should be anticipated by seeking the availability of
subsistence for the community in a sustainable or so-called sustainable
livelihood concept (Ellis, 2000). This concept was developed in the late 90s in
the UK but has a high relevance to the region with the context of vulnerability
to environmental damage, resource constraints and seasonal variations.
The provision of sustainable
subsistence is done by diversifying activities and utilizing the existing
capital in the local people's livelihood. The more varied livelihood
options that can be made by communities in the region, the more increasing the
probability of implementing sustainable livelihood
strategies. Agricultural-based livelihood diversification such as
freshwater fishery cultivation, livestock, agricultural processing or
ecotourism can be an alternative. Of course, the formulation of this
strategy by keeping an eye on the livelihood capital in the surrounding society
which includes social capital, human capital, natural capital, financial
capital, physical capital and social capital. So the choice can be appropriate
in accordance with existing conditions in the region.
Development and
utilization of agricultural resources in the area of former mining land has to
be conducted properly and integrated, so that agriculture is not blamed for new
causes of environmental damage later. So, human as a leader in guarding the earth is not accused of betraying
to be a destroyer and a source of disaster on this earth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar