google-site-verification=dWnVtB9sFVvOx3Xy2K6f1aUiGctW39aZpeHxLmCftBY Kusioner Pengamatan Masyarakat untuk Pemberdayaan Konservasi - Ihsannudin

Breaking

Kamis, 22 Maret 2018

Kusioner Pengamatan Masyarakat untuk Pemberdayaan Konservasi



KUISIONER PENGAMATAN MASYARAKAT UNTUK PEMBERDAYAAN KONSERVASI


Kuisioner ini awalnya disusun sebagai materi pendukung "Pengamatan Masyarakat" pada Meru Betiri Service Camp ke-19 (MBSC XIX) yang dilaksanakan pada 16-20 Maret 2018 di Bande Alit Taman Nasional Meru Betiri. Instrumen kuisioner ini disusun secara ringkas dan multipurpose, yang ditujukan untuk melakukan pengamatan cepat (fast assessment) bagi para penggiat konservasi ketika melewati sebuah komunitas. Item-item yang diberikan dapat dilakukan untuk metode penggalian data  wawancara terbuka (kualitatif) maupun dapat digunakan pada penggalian data dengan wawancara tertutup (kuantitatif). 

Kuisioner diawali dengan menggali pemaknaan masyarakat terhadap obyek konservasi (baik flora maupun fauna ataupun ekosistem). Pemaknaan ini menjadi penting digali oleh penggiat konservasi untuk mengetahui persepsi masyarakat (bagaimana masyarakat memaknai) terhadap flora, fauna ataupun ekosistem yang akan dilakukan konservasi. Bisa jadi obyek yang dimaknai oleh penggiat konservasi itu penting, namun dimaknai tidak penting bahkan membahayakan dan layak dimusnahkan oleh masyarakat. 

Kedua, adalah terkait penggalian informasi menyangkut masalah kearifan lokal masyarakat atau dalam dunia konservasi dinamakan Traditional Ecological Knowledge (TEK). Penggalian ini menjadi penting mengingat sebuah pemberdayaan harus menganut asas self help (swadaya) sehingga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat harus dihormati. Sudah diakui bahwa semodern apapun upaya konservasi tetap harus menghormati penggunaan TEK (Huntington, 2000; Drew, 2005). 

Ketiga, Penggalian data terkait dengan modal-modal yang ada dalam masyarakat dengan menggunakan SLF (Sustainability Livelihooof Framework). Dalam penggalian modal-modal ini utamanya terkait dengan social capital, physical capital, natural capital, human capital dan financial capital. Dalam menggali data terkait scial capital sedikit banyak mengadopsi dari instrumen yang dikembangkan oleh Farrington , at al (1999).

Keempat, adalah penggalian data terkait dengan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam upaya konservasi. Bagaimanapun upaya pemberberdayaan masyarakat dalam konservasi harus melibatkan pihak lain. Piha-pihak yang berkepentingan tersebut diukur berdasarkan tingkat pengaruh dan dan urgensinya (Reed, et al (2009). 

References
Grootaert, Christian dan Bastelaer, Thierry. 2002. Understading and Measuring Social Capital. A Multidisciplinary Tool for Practioners. The World Bank. Washington DC
Drew, Joshua, A. 2005. Use of Traditional Ecological Knowledge in Marine Conservation. Conservation Biology 19(4): 1286-1293
Huntington, Henry, P. 2000. Using Traditional Ecological Knowledge in Science:  Methods and Applications. Ecological Application 10(5): 1270-1274
Reed, S.M., Graves, A., Dandy. N., Posthumus, H., Huback, K., Morris, J., Prell, C.H., Quin, C.H., Stringer, L.C. (2009). Who’s in and why? A typology of stakeholder analysis methods for natural resources management. Journal of of Environmental Management, 90(16), 1933–1949
Farrington, J., Carney, D., Ashley, C., & Turton, C. (1999). Sustainable livelihoods in practice: Early application of concepts in rural areas. Natural Resources Perspectives, 42. London: Overseas Development Institute.

=======================================================================
QUESTIONNAIRE OF COMMUNITY OBSERVATION FOR CONSERVATION EMPOWERMENT

The questionnaire was originally composed as a supporting material "Community Observation" support on the 19th Meru Betiri Service Camp (MBSC XIX) held on March 16-20, 2018 at Bande Alit Meru Betiri National Park, Indonesia. The questionnaire instrument is structured in a concise and multipurpose manner, aimed at making fast assessments for conservationists as they pass through a community. The items given can be done for the method of digging the data of open interview (qualitative) or can be used on data mining with closed interview (quantitative).



The questionnaire start from exploring the perception  of society to conservation object (flora or fauna or ecosystem). This perception is important to be explored by conservation activists to find out the perception of the community (how the community have mening) to the flora, fauna or ecosystem that will be done conservation. It could be an object interpreted by the conservation activist is important, but interpreted not important even harmful and deserve destroyed by the community.

Secondly, it is related to the exploration of information concerning the problem of local wisdom of society or in the world of conservation called Traditional Ecological Knowledge (TEK). This exploration is important considering that empowerment must adhere to the principle of self help so that the values in society must be respected. It is acknowledged that as modern as any conservation effort should still respect the use of TEK (Huntington, 2000; Drew, 2005).

Third, Data exploration is related to existing capital in society by using SLF (Sustainability Livelihooof Framework). in extracting capital-capital is mainly related to social capital, physical capital, natural capital, human capital and financial capital. In digging data related scial capital adopted a lot of instruments developed by Farrington, at al (1999).

Fourth, is the exploration of data related to the stakeholders engagement in conservation efforts. However, efforts to empower communities in conservation must involve other parties. These stakeholders are measured by the level of influence and and the urgency (Reed, et al. 2009).


References
Grootaert, Christian dan Bastelaer, Thierry. 2002. Understading and Measuring Social Capital. A Multidisciplinary Tool for Practioners. The World Bank. Washington DC
Drew, Joshua, A. 2005. Use of Traditional Ecological Knowledge in Marine Conservation. Conservation Biology 19(4): 1286-1293
Huntington, Henry, P. 2000. Using Traditional Ecological Knowledge in Science:  Methods and Applications. Ecological Application 10(5): 1270-1274
Reed, S.M., Graves, A., Dandy. N., Posthumus, H., Huback, K., Morris, J., Prell, C.H., Quin, C.H., Stringer, L.C. (2009). Who’s in and why? A typology of stakeholder analysis methods for natural resources management. Journal of of Environmental Management90(16), 1933–1949
Farrington, J., Carney, D., Ashley, C., & Turton, C. (1999). Sustainable livelihoods in practice: Early application of concepts in rural areas. Natural Resources Perspectives, 42. London: Overseas Development Institute.



2 komentar:

  1. apa tidak lebih mudah menggali informasi terkait sosial/budaya masyarakat jika menggunakan "panduan wawancara" dibandingkan quisioner? karena jika quisioner, maka informasi yang didapatkan hanya sesuai dengan "pertanyaan" yang kita ajukan.. sedangkan jika menggunakan pandauan wawancara, maka kita bisa lebih dalam menggali informasi dari masyarakat tsb..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung metode yang digunakan. apakah kuantitatif ataukah kualitati serta tujuan kajian yang hendak dicapai. Yang saya ketengahkan tersebut adalah bukan panduan item item yang perlu digali saat fast assessment untuk konservasi satwa/ tumbuhan yang dilindungi. dapat saja intrumen tersebut dikembangkan lebih lanjut. minal item item itu dapat terenuhi

      Hapus